Konsep Tauhid vs Trinitas


KONSEP TAUHID vs TRINITAS


 PENGERTIAN TAUHID 



 Tauhid sebagai suatu pengetahuan kesaksian, keimanan, dan keyakinan terhadap keesaan Allah dengan segala kesempurnaan-Nya. Berdasar Al-Qur’an, keesaan Allah itu meliputi tiga hal, yaitu esa zat-Nya, tidak ada Tuhan lebih dari satu dan tidak ada sekutu bagi Allah; esa af’al-Nya, tidak ada seorang pun yang dapat melakukan pekerjaan yang dilakukan oleh Allah. Menurut osman Raliby, kemahaesaan Allah adalah: Allah Maha Esa dalam zat-Nya. Kemahaesaan Allah dalam zat-Nya dapat dirumuskan dengan kata-kata bahwa zat Allah tidak sama dan tidak dapat disamakan dengan apapun juga. Zat Allah tidak akan mati, tetapi akan kekal dan abadi. Allah juga bersifat wajibul wujud, artinya hanya Allah yang abadi dan kekal wujud-Nya. Selain Allah, semuanya bersifat mumkinul wujud, artinya boleh ada dan boleh tidak ada.

MACAM-MACAM TAUHID
1. Tauhid Rububiyah Secara estimologis kata rabb sebenarnya memiliki banyak arti, antara lain menumbuhkan, mengembangkan, mendidik, memelihara, menanggung, memperbaiki, mengumpulkan, mempersiapkan, memimpin, mengepalai, dan menyelesaikan. Dalam kaitannya dengan pembahasan tauhid rububiyah dapat dijelaskan bahwa kata rububiyah berasal dari akar kata rabb, yaitu zat yang menghidupkan dan mematikan. Tauhid rububiyah sebagai bentuk keyakinan manusia bahwa Allah itu esa dalam penciptaan, pemberian rezeki dan penguasaan atas makhluk-makhluk-Nya. Kenyataan alam secara keseluruhan menjelaskan tentang hakikat tauhid rububiyah.
2. Tauhid Mulkiyah Secara bahasa kata mulkiyah berasal dari kata mulkyang terbentuk pula kata malik. Tauhid mulkiyah berarti sebuah pandangan yang meyakini bahwa Allah sebagai satu-satunya zat yang mengusai alam semesta ini. Melalui sifat mulkiyah-Nya, Allah berhak menentukan apa saja untuk makhluk-Nya. Sebagai pemilik segala yang ada, Allah adalah raja atau penguasa. Raja berfungsi menjadi penguasa manakala ia adalah pemimpin yang dipatuhi. Keberadaan keyakinan mulkiyah ini membedakan antara pribadi muslim dan bukan muslim. Dengan demikian, tauhid mulkiyah menegaskan bahwa loyalitas, afiliasi, kerelaan, pembelaan, dukungan dan pengorbanan tidak boleh diberikan kecuali pemimpin atau undang-undang yang bersumberkan syariat Allah. Karena dengan penegakan syariat Allah di muka bumi akan menjamin kemashlahatan dan kemakmuran kehidupan di bumi.
3. Tauhid Uluhiyah Uluhiyah atau ilahiyah berasal dari kata ilah. Dalam bahasa Arab kata ilah memiliki akar kata a-la-ha yang memiliki arti tentram, tenang, lindungan, cinta dan sembah. Semua makna ini sesuai dengan sifat-sifat dan kekhususan zat Allah. Tauhid uluhiyah merupakan pengejawantahan dari sikap kepasrahan dan penghambaan yang utuh kepada Allah. Seorang yang berorientasi pada tauhid uluhiyah akan mengabdikan segenap kehidupannya kepada Allah semata. Makna tauhid uluhiyah adalah sebuah keyakinan bahwa selain Allah adalah satu-satunya zat yang memiliki dan menguasai langit, bumi, dan seisinya, satu-satunya yang wajib ditaati dan yang menentukan segala aturan serta yang melindungi. Ibnu Rajab berkata, “Ilah adalah yang wajib ditaati dan tidak didurhakai, merasa takut karena mengagungkan. Cinta takut dan penuh pengharapan, berserah diri, memohon hanya kepada-Nya. Siapa yang menyekutukan-Nya dengan suatu makhluk dalam perkara ini akan merusak keikhlasan seseorang dalam berikrar laa ilaaha ilallah”. Ilah bagi manusia bisa bermacam-macam bentuknya. Oleh karena itu konsekuensi pernyataan laa ilaaha ilallah sangat berat karena harus meninggalkan seluruh ilahselain kepada Allah. Tauhid uluhiyah mengandung konsekuensi tertentu bagi orang beriman. Keyakinan ini menuntut totalitas dalam mengabdi kepada Allah dalam segenap aktivitas kita.
4. Tauhid Rahmaniyah Secara bahasa rahmaniyah berasal dari kata rahmanyang memiliki arti kasih sayang, yaitu suatu nilai yang paling mendasar sekaligus merupakan kebutuhan paling asasi bagi kehidupan manusia. Rahman dalam perwujudannya yang lebih suci dan lebih tinggi adalah suatu sifat yang ditonjolkan Allah dalam memperkenalkan diri-Nya sebagaimana kita menemukannya pada awal tiap surah yang kita baca dalam Al-Qur’an, yang intinya bahwa kasih sayang (rahman) Allah sangat luas dan meliputi alam semesta. Pada prinsipnya tauhid rahmaniyah merupakan perwujudan dari setiap sikap muslim yang memiliki tuntutan untuk memberikan dan menebarkan kasih sayang pada seluruh alam semesta. Sikap ini selaras dengan misi rahmatan lil ‘alamin yang diemban Rasulullah saw untuk memberikan kasih sayang pada seluruh makhluk alam semesta. Tauhid rahmaniyah menghendaki nilai dasar kasih sayang dikembangkan dalam hubungan dan pergaulan kehidupan kita. Dalam rangka pembinaan dan pengembangan nilai kasih sayang yang sangat dibutuhkan dalam menopang kehidupan. Pengembangan hubungan baik yang dilandasi kasih sayang dalam lingkungan keluarga dikenal dalam ajaran islam dengan silaturahmi.

MAKNA KALIMAT TAUHID LAA ILAAHA ILLALLAH

 Kata ilah mempunyai pengertian luas, yaitu mencakup pengertian rububiyah danmulkiyah. Adapun laa ilaaha ilallah mempunyai pengertian sebagai berikut: • laa kholiqa iilallah(tidak ada Yang Maha Pencipta, kecuali Allah) • laa raaziqa illallah(tidak ada Yang Maha Memberi Rezeki, kecuali Allah) • laa hafidza illallah(tidak ada Yang Maha Memelihara, kecuali Allah) • laa mudabira illallah(tidak ada Yang Maha Mengelola, kecuali Allah) • laa maalika illallah(tidak ada Yang Maha Memiliki Kerajaan, kecuali Allah) • laa waliya illallah(tidak ada Yang Maha Memimpin, kecuali Allah) • laa haakima illallah(tidak ada Yang Maha Menentukan Aturan, kecuali Allah) • laa ghoyata illalllah(tidak ada Yang Maha Menjadi Tujuan, kecuali Allah) • laa ma’buuda illallah(tidak ada Yang Maha Disembah, kecuali Allah) ‘TRINITAS’ Dalam Pandangan Akal Dan Qur’an Adalah kata ‘pengikutAl-Masih’ dalam kitab-kitab teologi menggambarkan tentang keyakinan Trinitas(Tuhan Bapa, Rahul Kudus, dan Yesus Kristus) dan permasalahan- permasalahan yang mendasar yang bersumber pada akidah mereka.Tidak adanya dalil dari para pengikut Masih atas keyakinan mereka, sementara mereka mengklaim diri mereka telah menyakini monoteisme, dengan pengertian satu dalam kemajemukan. Apakah kesatuan dalam pengertian ini, berhak ada pada zat Tuhan. Sementaraindependen (kemandirian) terlepas pada zat-Nya dan tidak bertentangan dengan argumentasi akal? Konsep trinitas bersumber pada ajaran kitab Injil yang diragukan keasliannya, disebabkan bukanlah kitab ‘Samawi’ (bersumber pada wahyu Allah Swt), namun kitab injil tersebut ditulis dan disusun setelah Al-Masih diangkat oleh Allah atau setelah penyalibannya menurut perkiraan orang-orangnasrani. Dan masuknya konsep Trinitas pada agama Nasrani setelah kepergian Al-Masih dan para pengikutnya. Seorang Yahudi yang bernama Paulus yang mengajarkan ajaran nasrani tersebut, dengan klaim bahwa Al-Masih telah menyatu dalam dirinya, dan ia berkewajiban menjalankan dakwah kepada seluruh masyarakat. Dia juga menyatakan bahwa Isa sebagai tebusan dosa manusia setelah penyalibannya. Adapun syariat, bukanlah suatu kewajiban bagi orang-orang selain Yahudi. Mr. Louis, seorang cendikiawan nasrani menyatakan: “Penjasadan adalah kata darirahasia-rahasia Tuhan, yang akal tidak mampu untuk menalarnya. Namun tidaklah bertentangan dengan argumentasi akal.”[1] Dan didalamAl-Qur’an Al-Karim telah menerangkan tentang akidah yang diselewengkan tersebut, Allah Swt berfiman:“Orang-orang Yahudi berkata: “Uzair itu putera Allah” dan orang-orang Nasrani berkata: “Al masih itu putera Allah”. Demikianlah itu Ucapan mereka dengan mulut mereka, mereka meniru perkataan orang-orang kafir yang terdahulu. Dilaknati Allah mereka , bagaimana mereka sampai berpaling?[2] Sanggahan Ada beberapa sanggahan disini, terhadapkeyakinan trinitas: 1.Adanya kontradiksi yang jelas, ketika mereka menyakini bahwa setiap satu dari trinitas mempunyaiciri khas tersendiri dari yang lain. Padahal mereka menyakini kemajemukannya adalah suatu yang hakiki. Bagaimanakah sebuah kontradiksi ini dapat diterima akal, atau bersumber dari kebenaran wahyu? 2.Apa maksud pengertian trinitas berasal dari pengertian Tuhan Yang Satu atau Satu dalam kamajemukan? Hal ini tidaklah sesuai dengan dua pengertian berikut ini: a.Hendaklah masing-masing dariTrinitas tadi adalah wujud yang independen, yang satu sama lain mempunyai kriteria-kriteria tersendiri , dan yang membedakan dengan yang lain. b.Hendaklahkeberadaantrinitas terwakili dengan ke-Esaannya, yang menjadikan Tuhan dengan kemajemukannya. Yang sebenarnya adalah zat Allah adalah Tunggal (basit). 3. Menghasilkan bentuk manfaat dalam sebuah penyatuan atau kerjasama antara komponen- komponennya. Keniscayaan Tuhan terhadap apapun bentuk manfaat dan kerjasama. Sanggahan-sanggahan diatas,adalah bentuk agumentasi yang mendasar, melalui penilaian dalil akal sebagai sumber hukum Islam. Dan sekiranya terjadi sebuah pengaturan alam dengan ketuhanan trinitas dan politeisme, tentunya terjadi multisistem pengaturan disini. Bila masing-masing sistem pengaturan oleh Tuhan-Tuhan tadi berbeda satu sama lain, maka akan menyebabkan kehancuran alam ini. Dalam AlQur’an, Allah Swt befirman:´”Sekiranya ada di langit dan di bumi tuhan-tuhan selain Allah, tentulah keduanya itu Telah rusak binasa. Maka Maha Suci Allah yang mempunyai ‘Arsy daripada apa yang mereka sifatkan.”[3] Batasan-batasan Ke-Tauhidan Islam Menyakini Ke-Esaan Allah Swtmelalui tahapan: 1.Tauhid dalam zat, terbagi dalam dua bagian: a.Zat Allah Swt Tunggal (basit); yang tidak memiliki bagian atau komponen (Ahadiyah Al-Zat). Baik komponen dalam bentuk luar maupun komponen yang terindera dalam otak. Di dalam Al-Qur’an, Allah Swt berfirman:Katakanlah: “Dia-lah Allah, yang Maha Esa.”(QS Al-Ikhlash ayat 1) b.Allah Swt yang Satu, yang tidak memiliki keserupaan (Wahidiyyah). Di dalam Al-Qur’an AllahSwt berfirman:“Dan tidak ada seorangpun yang setara dengan Dia.”(QS Al-Ikhlash ayat 4). Tauhid dalam peristilahan filsafat Adalah Tauhid dalam Wujud yang Mesti, tidak ada satu wujudpun yang maujud oleh dirinya sendiri, kecuali Allah Swt.. Wujud yang demikian hanyalah Allah Swt, Yang Maha Tinggi, yang keberadaannya secara substantif merupakan keharusan, dan yang dari-Nya wujud-wujud yang lain maujud. 2. Tauhid dalam Sifat. Penyatuan antara zat dan sifat. Sifat-sifat yang kita nisbatkan kepada Allah Swt, tak lain adalah Zat-Nya sendiri. Sifat-sifat ini bukanlah hal lain dari Diri-Nya dan ditambahkan kepada-Nya. 3. Tauhid dalam penciptaan. Artinya, tidak ada pencipta kecuali Allah Swt. 4.Tauhid dalam manajemen (Rububiyah), yang mengelola alam semesta yang tidak membutuhkan siapapun selain-Nya. 5.Tauhid dalam penyembahan. Artinya, tak satu pun kecuali Allah Swt, yang patut disembah. Kesimpulan Kerancuan konsep Trinitas denganpenjelasan yang cukup jelas melalui dalil akal dan qur’an, terutama pada Ahadiyat dan Wahdaniyat Allah Swt. Ini membuktikan klaim mereka terhadap monoteismedapatlah dibatalkan.Sementara itu Islam dengan kemurnian ajaran yang dibawa Rasul Saaw danAhlulBaitnya as telah membuktikan ke-Tauhidan yang hakiki.

 Sumber : http://abuaqilah.wordpress.com/2007/05/30/trinitas-dalam-pandangan-akal-dan-quran/ http://dewa-copas.blogspot.com/2012/09/konsep-tauhid-dalam-islam.html